Rabu, 06 Juni 2012

1. JUDUL
PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI PADA SISWA KELAS X.2 SMA NEGERI I KENDARI
TAHUN AJARAN 2009/2010


2. MASALAH
1.    Apakah penerapan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis puisi pada siswa kelas X.2 SMA negeri I Kendari tahun ajaran 2009/2010?
2.    Apakah penerapan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kualitas hasil
pembelajaran menulis puisi pada siswa kelas X.2 SMA negeri I kendari tahun ajaran 2009/2010?


3. KESIMPULAN
Ada 2 (dua) simpulan yang dihasilkan dari penelitian ini, yaitu : (1) Pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis puisi dan siswa kelas X.2 SMA negeri I kendari; dan  (2) Pendekatan kontekstual dapat meningkat kankualitas hasil pembelajaran menulis puisi pada siswa kelas X.2 SMA negeri I kendari.
1) Peningkatan kualitas proses pembelajaran menulis puisi
Peningkatan kualitas proses pembelajaran menulis puisi tampak pada persentasepeningkatan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran sebagai berikut : (a) meningkatnya keaktifan siswa selama mengikuti kegiatan apersepsi; (b) meningkatkan keaktifan siswaselama mengikuti pembelajaran; dan (c) meningkatkan keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan, baik lisan maupun tertulis.



a. Peningkatan keaktifan siswa selama mengikuti kegiatan apersepsi
Pada siklus I, keaktifan siswa selama mengikuti kegiatan apersepsi sebesar40%. Pada siklus II persentase keaktifan siswa tersebut meningkat menjadi 68% dan pada siklus III meningkat kembali menjadi 72%.
Pada siklus I, tingkat antusisme siswa selama apersepsi masih rendah karena kebanyakan siswa masih beranggapan bahwa proses pembelajaran akan berlangsung biasa-biasa saja atau kurang variatif. Namun, pada siklus II terjadi peningkatan yang cukup bersamaan dengan perubahan pola mengajar yang diterapkan guru pada siklus I. beberapa terobosan baru yang dilakukan guru menjadikan siswa lebih antusias untuk mengkuti prose pembelajaran sejak awal dengan penghargaan akan ada hal baru dilakukan guru.
Apersepsi yang dilakukan guru ternyata kurang begitu mampu menarik perhatian siswa. Terbukti, sampai pada siklus III, presentase keaktifan siswa hanya mencapai 72% atau hanya meningkat 4% dari siklus sebelumnya.
b. Peningkatan keaktifan siswa selama mengikuti pembelajaran
     Pada siklus I, siswa yang aktif mengikuti pembelajaran sebesar 66%, pada siklus II sebesar 76% sedangkan siklus III meningkat menjadi 88%. Pada siklus I, guru kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif dalam pembelajaran dan masih terlampau banyak menyampaikan materi secara teoretis sehingga presentase keaktifan siswa hanya 66%. Peningkatan 10% pada siklus II didasarkan hasil evaluasi dan refleksi siklus I. Dari hasil evaluasi tersebut, guru melakukan perubahan pola mengajar dengan memberi peluang kepada siswa untuk aktif. Pada siklus III, proses pembelajaran sudah menjadi milik siswa, sedangkan guru lebih memosisikan diri sebagai fasilitator, mediator, dan motivator.
c. Peningkatan keaktiafan siswa dalam menjawab pertanyaan, baik lisan maupuntertulis.
Pada siklus I, siswa yang aktif menjawab pertanyaan guru hanya 52%. Kemudian meningkat menjadi 72% pada siklus II dan akhirnya meningkat lagi menjadi 88% pada siklus III. Persentase siswa yang mampu menjawab pertanyaan guru juga mengalami peningkatan. Secara teoretis, siswa sudah memiliki pengetahuan tentang kajian-kajian puisi sehingga ketika pertanyaan tentang pengetahuan puisi dilontarkan, siswa agak malas menjawabnya. Pada siklus II, pertanyaan yang dilontarkan lebih bersifat konseptual, misalnya apa hubungan antara membaca dan menulis puisi. Dengan demikian, siswa akan sedikit berfikir dan mencoba menemukan sendiri jawabannya. Pada siklus III, pertanyaan-pertanyaan seperti itu sudah tidak menjadi masalah bagi siswa. Terbukti, 88% siswa mampu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar