Kamis, 07 Juni 2012

RPP

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

SEKOLAH : SMA Kartika Kendari
MATA PELAJARAN : Bahasa Indonesia
KELAS : X SEMESTER : 1
ALOKASI WAKTU : 2 x 45 Menit

A. STANDAR KOMPETENSI
Mendengarkan: 1. Memahami siaran atau cerita yang disampaikan secara langsung/tidak langsung.

B. KOMPETENSI DASAR
Mengidentifikasi unsur sastra (intrinsik dan ekstrinsik) suatu cerita yang disampaikan secara langsung/rekaman.

C. INDIKATOR
1. Kognitif
a Proses
Mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik yang ada di dalam cerpen
b. Produk
 Menentukan unsur intrinsik yang ada di dalam cerpen
Menjelaskan maksud unsur intrinsik cerpen
2. Psikomotor
Menyampaikan unsur-unsur intrinsik yang telah ditemukan di dalam cerpen
 Menanggapi penjelasan tentang unsur-unsur yang ditemukan oleh teman.
3. Afektif
a. Karakter
 Kerja sama Teliti Tanggap
b.Keterampilan sosial
 Menyampaikan hasil diskusi dengan baik dan benar Membantu teman yang mengalami kesulitan.

D. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Kognitif
a.Proses
Setelah membaca cerpen yang disajikan, siswa diharapkan mampu menemukan unsur-unsur intrinsik yang terdapat di dalam cerpen
b.Produk
Setelah membaca dan membahas hasil pencapaian tujuan proses di atas, siswa diharapkan mampu menuliskan kembali unsur-unsur intrinsik yang telah ditemukan.
2. Psikomotor
 Secara berkelompok siswa dapat menyampaikan unsur intrinsik cerpen yang disediakan dalam LKS 1: psikomotor.
3. Afektif
a. Karakter
Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran dengan memperhatikan kemajuan dalam perilaku seperti kerja sama, teliti dan tanggap.
b.  Keterampilan sosial
Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran dengan memperlihatkan kemajuan dalam kerampilan menyampaikan hasil diskusi dengan bahasa yang baik dan benar, bekerja sama dalam kelompoknya, dan membantu teman yang mengalami kesulitan.
E. MATERI PEMBELAJARAN
 Teks cerita pendek
F. MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN
Model pembelajaran : pembelajaran langsung (eksplisit)
Metode pembelajaran Diskusi Unjuk kerja Penugasan
G. BAHAN DAN ALAT
   Lembar kerja Spidol  Teks Cerita Pendek

H.  SKENARIO PEMBELAJARAN

Nokegiatan awal kegiatan inti kegiatan akhir
A1
Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan menanyakan keadaan siswa yang tidak hadir.

Siswa membentuk kelompok antara 4-5 orang per kelompok.
Guru dan siswa melakukan refleksi tentang pembelajaran hari ini.

B2
Guru memberi motivasi kepada siswa.Guru memberi penjelasan tentang kinerja yang akan dilakukan siswa pada saat menyimak cerita yang akan disampaikan.Guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran hari ini.
C3Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Siswa mendengarkan/menyimak cerita pendek yang sudah disediakan oleh guru, yang akan dibacakan oleh teman secara bergantian.Guru memberi tugas kepada siswa
D4Guru melakukan apersepsi dengan bertanya mengenai pengetahuan siswa tentang unsur intrinsik yang terdapat dalam karya sastra B1Secara berkelompok siswa berdiskusi mengenai unsur intrinsik di dalam cerpen kemudian mengidentifikasi dan menuliskan unsur intrinsik yang terdapat di dalam cerpen. Setiap kelompok menunjuk salah satu anggotanya untuk menyampaikan secara lisan hasil diskusi secara runtut dan jelas di depan kelas. Siswa bertanya jawab/menanggapi informasi yang didengar/disimak dengan bahasa dan alasan yang rasional dan logis.
kemudian guru pembelajaran ditutup dengan salam.

I.SUMBER PEMBELAJARAN
 Buku: Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA kelas X Materi esensial Bahasa Indonesia Silabus


J. EVALUASI DAN PENILAIAN
 Tugas Individu:
 Menggunakan LKS
 Jenis Tagihan Penilaian: LKS 1 dan LP 1
 Bentuk Instrumen Penilaian: Uraian Bebas Jawaban Singkat

 LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BAHASA INDONESIA SMA KELAS X SEMESTER 1

 Standar Kompetensi Mendengarkan: 1. Memahami siaran atau cerita yang disampaikan secara langsung/tidak langsung.

Oleh: Media Pembelajaran:

Cerpen

Aku bagaikan manusia yang terhina. Rasanya kehadiranku tak pernah diharapkan siapapun, bahkan oleh kedua orang tuaku. Aku lahir dari sebuah keluarga yang hidupnya sangat memprihatinkan. Teramat sangat, karena kedua orang tuaku hidup dengan tidak layak ditambah lagi dengan pendidikan rendah dan sikap yang kolot. Hidup dengan kekurangan disana-sini menjadikan ibu dan bapak sebagai orang tua yang haus akan materi. Namun parahnya tiada upaya, hanya impian meninggi namun sangat tipis usaha untuk menggapainya. Jangan tanyakan di mana keluarga kami yang lain. Karena keadaannya sama saja. Entah mengapa aku lahir di tengah-tengah kelurga bobrok ini, bahkan aku menyebutnya keluarga terkutuk. Pada dasarnya orangtuaku mengharapkan anak mereka yang lahir adalah lelaki, karena mereka berharap kami akan membantu perekonomian keluarga. Namun, anak pertama terlahir sebagai perempuan, berlanjut terus tanpa henti hingga aku terlahir sebagai perempuan di urutan ke delapan. Hah…tidak usah heran, karena mereka pun tak pernah lelah mengharapkan impian bodoh mereka itu. Kedengarannya kasar sekali aku mengecam orang tua dan keluargaku sendiri. Namun, itulah kerasnya kehidupan, kadang kita akan terseret ke dalam arus disekelilingnya. Aku muak!! Aku tak ingin terus-terusan hidup luntang – lantung dalam kehidupan menyebalkan seperti ini. Apalagi setelah kelahiranku beberapa tahu lalu bapak pergi entah ke mana. Ia mungkin tak sanggup lagi memikul tanggung jawab untuk menafkahi sembilan orang perempuan yang hanya menyusahkan kehidupannya. Aku tahu di luar sana ia pasti berteriak lega. Hingga sudah bisa ditebak aku tak pernah tahu bagaimana rupa bapakku itu. Malam ini ku pilih sebagai malam yang tepat untuk mengakhiri bebanku selama ini. Apakah aku akan bunuh diri? Owh, tidak!! Aku tidak sebodoh itu. Aku hanya ingin memulai kehidupan baruku. Yaa, sama seperti bapak yang lari meninggalkan kami. Toh aku juga tidak akan dicari oleh mereka. Malah sangat pasti mereka akan senang, karena tanggungan mereka berkurang satu lagi. Hari-hariku berjalan dan berlanjut apa adanya. Awalnya sulit karena aku harus hidup sendiri tanpa ada yang perduli dengan diriku. Terkadang aku berpikir untuk mencari bapak. Ibu pernah bercerita, bahwa bapak mempunyai tanda yang bisa aku kenali. Yaitu ia mempunya tanda lahir berbentuk bulan sabit berwarna hitam legam di punggung sebelah kanan. Tanda yang langka, sehingga mudah untuk dikenali. Namun, apakah mungkin aku memeriksa punggung setiap laki-laki? Hah, mustahil. Sudahlah aku pun melenyapkan keinginan gila itu. Lagipula jika aku bertemu dengannya, aku mau apa darinya? Aku sudah teramat benci terhadapnya. Lelaki tak bertanggung jawab.!! Mungkin itulah awal dari kebencian ku yang teramat sangat terhadap lelaki. Apalagi aku terbiasa hidup di lingkungan perempuan yang mandiri tanpa lelaki. Ibu pun seolah mengajarkan untuk benci terhadap lelaki. Akhirnya ini juga yang membawaku ke dalam lembah kesalahan. Semua orang tahu bahwa hidup di jalan bukanlah hal mudah. Sangat banyak godaan yang menyesatkan. Dan aku pun tak bisa menghindarinya. Dan yang membuat aku bertahan dengan semua itu karena aku menikmatinya. Aku tak punya keahlian apa-apa. Yakh, terpaksa untuk membiayai hidup aku pun bekerja menjual diri. Mungkin bagi orang, perjalanan ini sudah biasa. Sudah tak sedih lagi. Sudah bassiiii….!!! Tapi itu tanggapan orang yang hanya mendengarnya, tapi bagiku yang merasakannya, ini sangat sakit. Saakiiit…. dan pedih…! Namun hal itu tak membuatku sedikit bersimpati terhadap pria. Jangan pikir aku akan menyerahkan tubuh ini pada pria-pria di luar sana yang nakal. Hah,,,tidak!! Tidak akan pernah.!! Lalu,, pada siapa?? Yakh, tentu saja terhadap sesama jenisku: perempuan. Hufft….aku merapikan pakaianku dan bergegas meninggalkan hotel. Siang itu aku baru saja “melayani” pelanggan setiaku. Pelangganku memang terbilang sedikit, karena memang susah untuk mencari yang seperti kami. Mungkin banyak, tetapi banyak yang tidak mau mengakui bahwa mereka adalah kaum lesbi. Namun, biarlah dengan begitu sainganku tidak terlalu banyak, dan tentu saja bayaranku akan tinggi. Seiring bertambahnya usia, pelangganku semakin berkurang. Apalagi usia yang semakin menua membuat parasku tak secantik dulu. Tenagaku pun tak sehebat dulu lagi. Sehingga banyak pelangganku yang kabur. Aku pun mulai berpikir untuk mencoba “menjualnya” kepada lelaki. Aku yakin pelanggan lelaki lebih banyak dan lebih mudah didapat. Lagipula tubuhku pun masih belum terlalu jelek bagi para lelaki. Awalnya aku berat, sangat berat. Aku tak pernah membayangkan akan melakukannya dengan lelaki. Karena terus terang rasa benci yang tertanam sejak kecil, belum bisa aku lenyapkan. Tapi kehidupan yang menuntunku. Malam ini, aku pun mendapatkan pelanggan pria pertama ku. Aku sama sekali tak merasakan apapun terhadap pria ini. Seorang pria paruh baya, yang dalam pikiranku sungguh tidak tahu diri. Seharusnya ia insaf, karena melihat tampangnya ia tak akan berumur panjang lagi. Tapi,,, sudahlah. Yang terpenting aku mendapatkan uang. Kami pun memulainya. Aku sungguh baru pertama melakukan ini dengan pria, setelah puluhan tahun aku bergelut dalam dunia hitam ini dan melakukannya dengan wanita. Aku merasakan hal aneh. Entah, apa namanya. Aku merasakan kesedihan yang mendalam. Ketika ia mulai menjelajahi tubuhku, hingga melucuti satu-persatu pakaian yang melekat ditubuhku. Namun, ditengah “permainan hot” kami itu, aku tersentak kaget. Aku kemudian segera memakai pakaianku. Aku tak peduli ketika pria itu terus memanggilku. Aku menghempaskan tubuhnya yang masih berusaha untuk memaksa aku kembali melanjutkan hubungan tadi. “ Kita belum selesai nona!! Jadi kamu tidak akan bisa lari dariku”. Huh…aku tidak peduli. Aku menhempaskan tubuhnya. Kutatap lekat-lekat wajahnya. Wajah itu seperti tak asing bagiku. Bahkan aku segera merasakan perasaan benci yang memuncak terhadap semua lelaki. Aku berlari terus berlari. Tiba-tiba saja rasa penasaran tentang sosok selama ini yang aku cari-cari hilang sudah. Karena baru saja aku melihat sebuah tanda bulan sabit berwarna hitam legam di punggung sebelah kanan. SELESAI  



LKS 1: LEMBAR KERJA SISWA Bahasa Indonesia
Nama……………………. Kelompok……………… Tanggal……………….

Kegiatan 1 Bacalah cerita pendek yang telah disediakan. Setelah membaca, kerjakan langkah-langkah berikut: Tentukanlah unsur-unsur intrinsik yang terdapat di dalam cerpen tersebut! ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ……………………………………………………………………………….







LKS 2: LEMBAR KERJA SISWA Bahasa Indonesia
Nama……………………. Kelompok……………… Tanggal……………….
Kegiatan 2 Carilah sebuah Cerpen. Lalu bacalah. Setelah membaca, kerjakan langkah-langkah berikut: Tentukanlah unsur-unsur intrinsik yang terdapat di dalam cerpen tersebut! ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ……………………………………………………………………………….

 LEMBAR PEGANGAN GURU
(LPG)

BAHASA INDONESIA
SMA KELAS X SEMESTER 1

Standar Kompetensi
Mendengarkan: 1. Memahami siaran atau cerita yang disampaikan secara langsung/tidak langsung.

Oleh:  

 Unsur Intrinsik Karya Sastra adalah unsur-unsur yang secara organik membangun sebuah karya sastra dari dalam Contoh unsur intrinsik
 (1) tokoh
(2) alur
 (3) latar,
 (4) judul
(5) sudut pandang
(6) gaya dan nada

 Secara umum unsur-unsur intrinsik karya sastra prosa adalah:
1. Tokoh /karakter
2. Alur / plot
3. latar/ setting
 4. sudut pandang (point of view)
5. tema
6. amanat

  Karakter adalah orang yang mengambil bagian dan mengalami peristiwa-peristiwa atau sebagian peristiwa-peristiwa yang digambarkan di dalam plot.  Plot adalah rangkaian peristiwa yang satu sama lain dihubungan dengan hukum sebab-akibat.  Latar adalah latar peristiwa yang menyangkut tempat, ruang, dan waktu. Tema adalah gagasan pokok yang terkandung dalam drama yang  berhubungan dengan arti (mearning atau dulce) drama itu; bersifat lugas, objektif, dan khusus.  Amanat adalah pesan yang hendak disampaikan oleh pengarang kepada pembaca yang berhubungan dengan makna (significance atau utile) drama itu; bersifat kias, subjektif, dan umum.

 PEMBEDAAN TOKOH

A. Dilihat dari segi peranan/ tingkat pentingnya/ keterlibatan dalam cerita
1. tokoh utama (main/ central character) yaitu tokoh yang diutamakan penceritaannya
2. tokoh tambahan (peripheral character) yaitu penceritaan relatif pendek (tidak mendominasi)
 B. Dilihat dari fungsi penampilan tokoh
1. Protagonis memberikan simpati, empati, melibatkan diri secara emosional terhadap tokoh tersebut. Tokoh yang disikapi demikian disebut tokoh protagonis.
2. Antagonis - tokoh yang menyebabkan terjadinya konflik - beroposisi dengan tokoh protagonis - Peran antagonis dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. tokoh antagonis
2. kekuatan antagonis (tak disebabkan oleh seorang tokoh) Contoh: bencana alam, kecelakaan, nilai-nilai sosial, lingkungan alam, nilai moral, kekuasaan dan kekuatan yang lebih tinggi, dan sebagainya.
 C. Berdasarkan Perwatakannya
1. Tokoh Sederhana/ Simple/ Flat Tokoh yang hanya mempunyai satu kualitas pribadi (datar, monoton, hanya mencerminkan satu watak tertentu). Biasanya dapat dirumuskan dengan satu kalimat 2. Tokoh Bulat/ Complex/ Round Diungkap berbagai kemungkinan sisi kehidupan, kepribadian, dan jati dirinya. Bertentangan, sulit diduga, dan mempunyai unsur surprise. Keduanya tidak bersifat bertentangan, hanya merupakan gradasi saja.
 D. Berdasarkan berkembang atau tidaknya perwatakan tokoh
• Tokoh Statis adalah tokoh tak berkembang yang secara esensial tidak mengalami perubahan atau perkembangan perwatakan sebagai akibat peristiwa-peristiwa yang terjadi.
 • Tokoh Berkembang
 • mengalami perkembangan perwatakan dalam penokohan yang bersifat statis biasanya dikenal tokoh hitam dan tokoh putih
 E. Berdasarkan Kemungkinan Pencerminan Tokoh terhadap Manusia dari Kehidupan Nyata
 • Tokoh Tipikal pada hakekatnya dipandang sebagai reaksi, tanggapan, penerimaan, tafsiran pengarang terhadap tokoh manusia di dunia nyata. Contoh guru, pejuang, dan lain-lain.
• Tokoh Netral tokoh cerita yang bereksistensi demi cerita itu sendiri. Ia benar-benar merupakan tokoh imajiner


 LEMBAR PENILAIAN
(LP)

BAHASA INDONESIA SMA
KELAS X SEMESTER 1

 Standar Kompetensi

Mendengarkan: 1. Memahami siaran atau cerita yang disampaikan secara langsung/tidak langsung.

Oleh:

LP 1 : KOGNITIF PROSES

Pedoman Penskoran LKS 1
Nokomponen Deskriptor skor
1 2 3 
1Mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik yang ada di dalam cerpenSiswa mampu Mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik yang ada di dalam cerpen
 Keterangan:
1. (3) sangat tepat
2. (2) tepat
3  (1) tidak tepat

Cara Pemberian Nilai

 Rumus: Nilai=(Skor Perolehan Siswa)/(Skor Maksimun) x 100


LP 2 : KOGNITIF PRODUK

Pedoman Penskoran LKS 2 
NoKomponen Deskriptor skor 
1 2 3 
1 Menentukan unsur intrinsik yang ada di dalam cerpen Siswa mampu menentukan unsur intrinsik yang ada di dalam cerpen
2
Menjelaskan maksud unsur intrinsik cerpen yang telah ditemukan
Siswa mampu menjelaskan maksud unsur intrinsik cerpen yang telah ditemukan

 Keterangan:
1.  (3) sangat tepat
2.  (2) tepat
3.  (1) tidak tepat

Cara Pemberian Nilai

 Rumus: (Skor Perolehan Siswa)/(Skor Maksimun) x 100


LP 3 : PSIKOMOTOR

 Pedoman Penskoran LKS 3

NoKomponenDeskriptor Skor Catatan
1Mampu membacakan hasil identifikasi unsur intrinsik yang terdapat di dalam cerpen, dengan kriteria:
1. suara

2. lafal

3. intonasi
a. sangat baik
b. kurang baik
c. tidak baik


a. sangat baik
b.kurang baik
c. tidak baik

a. sangat baik
b. kuang baik
c. tidak baik
3
2
1






3
2
1



3
2
1

2Menanggapi hasil identifikasi yang disampaikan teman Siswa mampu menanggapi hasil identifikasi unsur intrinsic cerpen yang disampaikan teman
1
2
3



Keterangan:
 (3) sangat tepat
 (2) tepat
 (1) tidak tepat

Cara Pemberian Nilai

 Rumus: (Skor Perolehan Siswa)/(Skor Maksimun) x 100

 LP 4 : AFEKTIF (KARAKTER)

No Karakter Skor Total Tanggung Jawab Disiplin Ketekunan Kreatif Kritis 1 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 2 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 3 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 6 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 7 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 8 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 9 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 10 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 11 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 12 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 13 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 14 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 15 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 16 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 17 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 18 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 19 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 20 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 21 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 22 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 23 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 24 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 25 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 26 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 27 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 28 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 29 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 30 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 31 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 32 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 33 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 34 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 35 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 36 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 37 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 38 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 39 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 40 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Keterangan 4 = sangat baik 2 = kurang baik 3 = baik 1 = tidak baik LP 5 : AFEKTIF (KECAKAPAN SOSIAL) No Karakter Skor Total Inisiatif Berbahasa Santun dan Komunikatif Partisipasi 1 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 2 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 3 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 6 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 7 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 8 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 9 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 10 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 11 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 12 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 13 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 14 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 15 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 16 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 17 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 18 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 19 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 20 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 21 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 22 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 23 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 24 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 25 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 … Keterangan 4 = sangat baik 2 = kurang baik 3 = baik 1 = tidak baik Kendari,13 Desember 2011 Mengetahui, Guru Pamong Mahasiswa KKP-PPL Nur Niati, S.Pd Eka Cahyowati Menyetujui, Kepala Sekolah Drs. H. N.P Dahlan

Rabu, 06 Juni 2012

pengertian daftaR PUSTAKA

2.1. Pengertian Daftar Pustaka

    Daftar pustaka adalah sebuah daftar yang berisi judul buku-buku, artikel- artikel, dan bahan-bahan penerbitan lainnya, yang mempunyai pertalian dengan sebuah karangan atau sehagian dan karangan yang tengah digarap. Bagi orang awam, bibliografi mungkin tidak penting artinya, tetapi bagi seorang sarjana seorang calon sarjana. atau seorang cendekiawan, daftar kepustakaan itu merupakan suatu hat yang sangat penting.
2.2 Fungsi

    Untuk mendeskripsi yang penting tentang buku, majalah, harian itu secara keseluruhan, karena itu fungsi catatan kaki dan daftar pustaka seluruhnya tumpang-tindih satu sama lain. Selain itu berfungsi sebagai pelengkap dari sebuah catatan kaki, Pada daftar pustaka dapat mengetahui keterangan-keterangan yang lengkap mengenai buku atau majalah itu.
2.3 Unsur-unsur
    Nama pengarang, yang dikutip secara lengkap.Judul buku, termasuk judul tambahan.
    Data publikasi: penerbit, tempat terbit, tahun terbit, cetakan ke-berapa, nomor jilid, dan tebal (jumlah halaman) buku tersebut.
    Untuk sebuah artikel diperlukan pula judul artikel yang bersangkutan, nama majalah, jilid. nomor dan tahun.

2.4 Bentuk

    Daftar isi disusun menurut urutan alfabetis dan nama pengarangnya. Untuk maksud tersebut nama-nama pengarang harus dibalikkan susunannya: nama keluarga, nama kecil, lalu gelar-gelar kalau ada. Jarak antara baris dengan baris adalah spasi rapat. Jarak antara pokok dengan pokok adalah spasi ganda. Tiap pokok disusun sejajar secara vertikal. dimulai dan pinggir margin kiri, sedangkan baris kedua, ketiga, dan seterusnya dan tiap pokok dimasukkan ke dalam tiga ketikan (bagi karya yang mempergunakan lima ketikan ke dalam
Prinsip Sopan Santun (Macam-macam Maksim)
Prinsip Sopan Santun Leech
1.Maksim Kearifan (Tact Maxim):
- buatlah kerugian orang lain sekecil mungkin
- buatlah keuntungan orang lain sebesar mungkin
Contoh:’Anda makan dahulu, saya belakangan.’
2.Maksim Kedermawanan (Generosity Maxim):
- buatlah keuntungan diri sendiri sekecil mungkin
- buatlah kerugian diri sendiri sebesar mungkin.
Contoh: ‘Biar saya pindahkan kursi itu kesana.’
3.Maksim Pujian (Aprobation Maxim):
- kecamlah orang lain sedikit mungkin
- pujilah orang lain sebanyak mungkin
Contoh:’mobilmu bagus juga ternyata!’
4.Maksim Kerendahan Hati (Modesty Maxim):
- pujilah diri sendiri sedikit mungkin
- kecamlah diri sendiri sebanyak mungkin
Contoh: ‘Ah, baju ini sudah lama, kok. Baru saya pakai.’
5.Maksim Kesepakatan (Agreement Maxim):
- usahakan agar ketaksepakatan antara diri dan orang lain terjadi sedikit mungkin
- usahakan agar kesepakatan antara diri dengan orang lain terjadi sebanyak mungkin.
Contoh: saya setuju usul anda kemarin
6.Maksim Simpati (Sympathy Maxim)
- kurangilah rasa antipati kepada orang lain sekecil mungkin
- tingkatkan rasa simpati sebanyak-banyaknya kepada orang lain.
Contoh:‘Saya ikut sedih anjingmu mati’
Prinsip Sopan Santun Robin T. Lakoff (1990)
1.Jangan memaksa (don’t impose):
-‘Di mana Yati?
-Tolong dipanggilkan, ya.’
Lebih santun daripada
- ‘Cepat panggilkan Yati sekarang!’
2.Berikan pilihan (give options):
-‘Silahkan kerjakan ini sekarang atau besok.’
Lebih santun daripada
- ‘kerjakan ini sekarang juga!’
3.Buatlah rasa nyaman, bersikaplah ramah (make a feel good, be friendly):
-‘kamu dan saya tingkatannya sama, kita kan sama-sama murid Pak Daryanto.’
Lebih santun daripada
- ‘kamu muridnya Pak Daryanto atau bukan, sih?’
Kesantunan berhubungan dengan pengaturan muka (face manage-ment):
1. Mengancam muka (face-threate-ning acts/FTA)
2. Menyelamatkan muka (face-saving acts/FSA)
Ada dua macam muka:
1. Muka positif (Positive face): keinginan setiap orang agar tindakannya dihargai.
2. Muka negatif (Negative face): keinginan agar tindakkannya tidak dihalangi orang lain
Kesantunan meliputi
1. Cara mengungkapkan jarak sosial (social distance) dan hubungan peran (role relationships) yang berbeda dalam komunikasi.
2. Penggunaan muka (face) dalam komunikasi, yaitu strategi kesantunan positif dan strategi kesantunan negatif.
Lima kesantunan:
1. Without redressive action, baldly
2. Positive politeness
3. Negative politeness
4. Off record
5. Don’t do the FTA
Contoh 1:
- ‘Awas…mobil!’
Lebih sesuai daripada

unsur intrinsik cerpen

Unsur Intrinsik Cerpen
unsur- unsur intrinsik ialah unsur- unsur yang membangun karya sastra dari dalam karya sastra itu sendiri. Maksud dari dalam yaitu unsur tersebut masuk di dalam karya sastra itu sendiri. Secara umum unsure intrinsik karya sastra termasuk cerpen mencakup tema, alur, penokohan, latar, tegangan dan padahan, suasana, pusat pengisahan, dan gaya bahasa 1 Tema
Tema merupakan dasar cerita yaitu pokok permasalahan yang mendominasi suatu karya sastra (suharianto). Tema merupakan titik tolak pengarang dalam menyusun karya sastranya. Tema ini merupakan hal yang ingin disampaikan dan dipecahkan oleh pengarangnya melalui ceritanya. Tema menjadi dasar pengembangan seluruh cerita, maka tema pun bersifat menjiwai seluruh bagian cerita itu dari awal sampai akhir.2. Alur Cerita
alur atau plot dapat didefinisikan sebagai cara pengarang menjalin kejadian-kejadian secara beruntun dengan memperhatikan hukum sebab akibat sehingga merupakan kesatuan yang padu, bulat, dan utuh (Suharianto).
Alur dalam cerita terdiri atas lima bagian, yaitu: pemaparan/ pendahuluan, penggawatan, penanjakkan, puncak atau klimaks, dan peleraian3. Penokohan
Cerita sastra merupakan cerita yang mengisahkan kehidupan manusia dengan segala serbaneka kehidupannya. Dengan  pemahaman tersebut tentulah diwajibkan adanya tokoh sebagai perwujudan dari manusia dan kehidupannya yang akan diceritakan. Tokoh dalam cerita ini akan melakukan tugasnya menjadi “sumber cerita”. Tokoh merupakan benda hidup (manusia) yang memiliki fisik dan memiliki watak. Penokohan
Penokohan sering juga disebut perwatakan, yaitu pelukisan mengenai tokoh cerita. Pelukisan ini mencakup keadaan lahir dan batin tokoh. Keadaan lahir merupakan bentuk jazad tokoh dan siapa tokohnya, keadaan lahir mencakupi pandangan hidup tokoh, sikap tokoh, keyakinan, adat istiadat, dll.4. Latar
Segala peristiwa yang terjadi dalam kehidupan manusia pasti tidak akan lepas dari ikatan ruang dan waktu. Begitu juga dalam cerpen ataupun novel yang mana itu merupakan penceritaan kehidupan manusia dan segala permasalahanya. Tempat kejadian dan waktu kejadian akan senantiasa menjalin setiap laku kehidupan tokoh dalam cerita. Dengan demikian dapat diartikan bahwa latar adalah tempat dan atau waktu terjadinya cerita.
Latar atau biasa juga disebut setting dalam karya sastra prosa (cerpen dan novel) tidak hanya berfungsi sebagai penunjuk tempat dan waktu cerita. Latar dalam karya sastra prosa ini juga dijadikan sebagai tempat pengambilan nilai-nilai yang ingin diungkapkan pengarang dengan ceritanya. Menurut Nurgiyantoro (2004:227—233) latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu latar tempat, latar waktu, latar sosial5. Tegangan dan PadahanSuspens atau tegangan merupakan bagian cerita yang membuat pembaca terangsang untuk melanjutkan membaca cerita. Keingina tersebut muncul karena pengarang seolah-olah menjanjikan pembaca akan menemukan sesuatu yang pembaca harapkan. Sedangkan padahan atau foreshadowing merupakan bagian cerita yang memberikan gambaran tentang sesuatu yang akan terjadi. Jadi padahan dan tegangan adalah tidak dapat dipisahkan, dengan kata lain dengan adanya padahan maka tercipta tegangan.6. Suasana
Seperti halnya waktu dan tempat pada sebuah cerita, suasana juga merupakan sebuah hal yang selalu mengiringi suatu kejadian. Suasana dapat diartikan sebagai segala peristiwa yang dialami yang dialami oleh tokoh pada suatu cerita. Misalnya suasana menyedihkan, menyenangkan dan lain sebagainya.7.   Pusat Pengisahan
Cerita merupakan gambaran yang menampilkan perikehidupan tokoh. Penempatan posisi pengarang terhadap tokoh untuk menampilkan cerita mengenai perikehidupan tokoh dalam cerita itulah yang dinamakan pusat pengisahan (point of view) atau kadang disebut juga sudut pandang.  Secara umum pusat pengisahan dikategorikan dalam 4 jenis, yaitu Pengarang sebagai pelaku utama cerita, pengarang ikut bermain tetapi bukan sebagai tokoh utama, pengarang serba hadir, dan pengarang peninjau 8. Gaya Bahasa
Bahasa dalam karya sastra prosa (cerpen dan novel) memiliki fungsi ganda yaitu sebagai penyampai maksud pengarang dan sebagai penyampai perasaan. Pengarang dalam membuat karya sastra bukan hanya sebatas ingin memberitahu pembaca akan apa yang dialami tokoh, namun pengarang juga bermaksud mengajak pembaca merasakan apa saja yang dialami oleh tokoh dalam cerita. Karena keinginan inilah gaya bahasa yang digunakan dalam karya sastra sering berbeda dengan gaya bahasa pada kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain gaya bahasa dapat diartikan sebagai cara (berbahasa) yang ditempuh penulis untuk menyampaikan pikiran atau maksud.

pengertian hikayat

Pengertian hikayat
Hikayat adalah salah satu bentuk sastra prosa terutama dalam bahasa Melayu yang berisikan tentang kisah, cerita dan dongeng. Umumnya mengisahkan tentang kehebatan maupun kepahlawanan seseorang lengkap dengan keanehan, kesaktian, serta mukjizat tokoh utama.
Ciri-ciri hikayat
a.    sebagai suatu jenis sastra, hikayat memiliki cara tersendiri dalam menampilkan realitas kehidupan
b.    sebagai sebuah karangan hikayat bermediakan bahasa Melayu
c.    berhubung pada dasarnya hal yang diungkapkan pengarang disampaikan dengan jelas menceritakan, meriwayatkan, dan mendorongkan, maka jenis karangan yang digunakan adalah narasi.
d.    dilandasi oleh adanya unsur cerita/dongeng. maka hikayat berkesan rekaan/fiksional
e.    hikayat umumnya bermotifkan keajaiban dan kesaktian.
f.    bentuk karangan yang digunakan adalah prosa
g.    isi cerita berkisar pada tokoh raja dan keluarganya (istana sentries)

contoh hikayat

Contoh Hikayat
Hikayat Si Miskin
Karena sumpah Batara Indera, seorang raja keinderaan beserta permaisurinya bibuang dari keinderaan sehingga sengsara hidupnya. Itulah sebabnya kemudian ia dikenal sebagai si Miskin.
Si Miskin laki-bini dengan rupa kainnya seperti dimamah anjing itu berjalan mencari rezeki berkeliling di Negeri Antah Berantah di bawah pemerintahan Maharaja Indera Dewa. Ke mana mereka pergi selalu diburu dan diusir oleh penduduk secara beramai-ramai dengan disertai penganiayaan sehingga bengkak-bengkak dan berdarah-darah tubuhnya. Sepanjang perjalanan menangislah si Miskin berdua itu dengan sangat lapar dan dahaganya. Waktu malam tidur di hutan, siangnya berjalan mencari rezeki. Demikian seterusnya.
Ketika isterinya mengandung tiga bulan, ia menginginkan makan mangga yang ada di taman raja. Si Miskin menyatakan keberatannya untuk menuruti keinginan isterinya itu, tetapi istri itu makin menjadi-jadi menangisnya. Maka berkatalah si Miskin, “Diamlah. Tuan jangan menangis. Biar Kakanda pergi mencari buah mempelam itu. Jikalau dapat, Kakanda berikan kepada tuan.”
Si Miskin pergi ke pasar, pulangnya membawa mempelam dan makanan-makanan yang lain. Setelah ditolak oleh isterinya, dengan hati yang sebal dan penuh ketakutan, pergilah si Miskin menghadap raja memohon mempelam. Setelah diperolehnya setangkai mangga, pulanglah ia segera. Isterinya menyambut dengan tertawa-tawa dan terus dimakannya mangga itu.
Setelah genap bulannya kandunga itu, lahirlah anaknya yang pertama laki-laki bernama Marakarmah (=anak di dalam kesukaran) dan diasuhnya dengan penuh kasih saying.
Ketika menggali tanah untuk keperluan membuat teratak sebagai tempat tinggal, didapatnya sebuah tajau yang penuh berisi emas yang tidak akan habis untuk berbelanja sampai kepada anak cucunya. Dengan takdir Allah terdirilah di situ sebuah kerajaan yang komplet perlengkapannya. Si Miskin lalu berganti nama Maharaja Indera Angkasa dan isterinya bernama Tuan Puteri Ratna Dewi. Negerinya diberi nama Puspa Sari. Tidak lama kemudian, lahirlah anaknya yang kedua, perempuan, bernama Nila Kesuma.
Maharaja Indera Angkasa terlalu adil dan pemurah sehingga memasyurkan kerajaan Puspa Sari dan menjadikan iri hati bagi Maharaja Indera Dewa di negeri Antah Berantah.
Ketika Maharaja Indera Angkasa akan mengetahui pertunangan putra-putrinya, dicarinya ahli-ahli nujum dari Negeri Antah Berantah.
Atas bujukan jahat dari raja Antah Berantah, oleh para ahli nujum itu dikatakan bahwa Marakarmah dan Nila Kesuma itu kelak hanyalah akan mendatangkan celaka saja bagi orangtuanya.
Ramalan palsu para ahli nujum itu menyedihkan hati Maharaja Indera Angkasa. Maka, dengan hati yang berat dan amat terharu disuruhnya pergi selama-lamanya putra-putrinya itu.
Tidak lama kemudian sepeninggal putra-putrinya itu, Negeri Puspa Sari musnah terbakar.

PENGERTIAN WACANA MENURUT PARA AHLI

PENGERTIAN WACANA MENURUT PARA AHLI
      1. Harimurti Kridalaksana
Harimurti Kidalaksana mengungkapkan wacana adalah satuan bahasa terlengkap dan merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar dalam hierarki gramatikal. Namun, dalam realisasinya wacana dapat berupa karangan yang utuh (novel, buku, seri ensiklopedia, dan sebagainya), paragraf, kalimat, frase, bahkan kata yang membawa amanat lengkap.
      2. Crystal
Menurut Crystal, dalam bidang linguistik, wacana berarti rangkaian sinambung kalimat yang lebih luas daripada kalimat, sedangkan dari sudut psikolinguistik, wacana merupakan suatu proses dinamis pengungkapan dan pemahaman yang mengatur orang dalam interaksi kebahasaan.

      3. Kinneavy
Kinneavy mengungkapkan bahwa wacana adalah teks yang lengkap yang disampaikan baik cara lisan maupun tulisan yang tersusun oleh kalimat yang berkaitan.
      4. Wahab
Wahab mendefinisikan wacana sebagai organisasi bahasa yang lebih luas dari kalimat atau klausa.
      5. Edmonson
Edmonson mengungkapkan bahwa wacana adalah suatu periatiwa terstruktur yang diwujudkan di dalam perilaku linguistik atau yang lainnya.
      6. Longacre
Longacre mengemukakan bahwa wacana merupakan suatu rentetan kalimat yang membentuk suatu pengertian yang serasi, baik dalam pengertian maupun dalam manifestasi fonetisnya.
      7. Van Dijk
Van Dijk memandang bahwa wacana merupakan konstruksi teoretis yang abstrak, yang kemudian terlaksana melalui teks.
 8. Bambang  Hartono
Bambang Hartono mendefinisikan wacana sebagai berikut, wacana adalah satuan kebahasaan yang unsurnya terlengkap, tersusun oleh kata, frase, kalimat atau kalimat-kalimat, baik lisan maupun tulis yang membentuk suatu pengertian serasi dan terpadu, baik dalam pengertian maupun dalam manifestasi fonetisnya.

ceritas rakyat

TULANO-TULANO
RATONO FITU GHULU BHIDHADHARI

Anagahaini te wuna dosampumo fitu ghulu bhidhadhari ne wiwini laa fotuna rete. Wakutuno dosampu, omputo wuna ladhe Husaini (amputa sangia) nando nekadiu we laa anagha. Bhidhadhari damandehaane bhe mekadiuno ne laa kasampuhano maitu. Nopandehanda kaawu dosampu omputo sainga kansuru nekakope welo karumbu. O bhidhadhari kansuru dolembisi bhadhundho maka dekadiu. Pada dekadiu dosukomo pakeando dasumuli te kalatehanda. Gara noombamo omputo sangia nemaigho ne katebunihano, nekansuru we wutonda bhidhadhari anagha maka neintara semie. Nobhisaramo omputo sangia, ihintu koemo horo , rampahano soaembaliangko mieno lambuku. Lahae notuduko asampune liwuku ini.Aesalo maafu, ane nobhela kanau lalo, runsa kanaumo ahumorogho. Inadi paenambali miene lainbumu rampaghano mina akokoro pede manusia bhainda. Ane orumunsakanau madaho aesaloangko nekakawara namaangko anahi samokesano pede inodi. Nofetingke tolano wamba bhidhadhari aenaagha kansuru norunsaeeline nahumoro.Omputo sangia momponamo nogaa taaka miina nakoana.
 Sehae-sehae  kaawu omputo sangia anarobhineno nobhalamo taghino. Salentehano anahi anaagha kapasoleno pasae daano bhidhadari karakona welaa. Taaka anahi anagha miina nokokoro. Anahi anaagha nofoneane wadhe kamomono kamba. Ghuluhano kamba pata tifonisina. Sokaomuru gataghu wadhe kamomono kamba nolentomo nakokoro dua.oghuluno sebera manusia sebhera tora nembali ghule. Anea neano adhe wuna, wadhe kamomono kamba nohende nembali kalambe mongkera pedamo dua adhe wuna nembali moghane mpasole.
Ompute sangia anahi robhine hbe ana moghane nda dotekabhalae welakalalesano lalanda. Dhobhari anaino ghane tumangkuno wengkaretenda omputa sangia somefenagho tungguno cakarete. Nohalimo lalono omputo sangia sampahano nopandehaane kalambeno miina nakokoro peda kalambe segaahano.omputa sangia nomaintemo kaambana. Peda kaawu anaagha notolamo nekakawasasia-siamo ananda inaitu panaewanta umurundo. Nasehae-sehae nosakimo anaagha meghanehi itugho kumalano nobhatala mo lalenda wadhekamomono kamba do koburue tewadalau ( wasolangka).
Somateno wadhe kamomono kamba nomoisamo adhe wuna. Adhe wuna ini miina intigho nolimbaV wengkaroto.rampano noambanogho wutono. Welambu ntigho nosongku nekalambehi melateno welo lambo nofetingke kaawu pede anaagha diuna adhe wuna, omputa sangia nobhasimo ponggawa hina doneatigho namolimba adhe wuna neliwuno wuna. Dokalamo dempali – mpaliane adhe wuna te wiwina tehino mantobua bhe dopobhangka – bhangka. Peda anaagha adhe wuna doghuluane wololia newiwino tehi wakorumba. Lia anaagha nolona te kulisuru. Nofetingke bhiritano adhe wuna noghulu te Maluku te Maluku ne kansuru te seram, maka ne late te kabhawono anaagha.


Pengertian Jurnalistik Secara harfiyah

Pengertian Jurnalistik Secara harfiyah

Jurnalistik (journalistic) artinya kewartawanan atau kepenulisan. Kata dasarnya “jurnal” (journal), artinya laporan atau catatan, atau “jour” dalam bahasa Prancis yang berarti “hari” (day). Asal-muasalnya dari bahasa Yunani kuno, “du jour” yang berarti hari, yakni kejadian hari ini yang diberitakan dalam lembaran tercetak.
Secara konseptual, jurnalistik dapat dipahami dari tiga sudut pandang: sebagai proses, teknik, dan ilmu.
1.      Sebagai proses, jurnalistik adalah “aktivitas” mencari, mengolah, menulis, dan menyebarluaskan informasi kepada publik melalui media massa. Aktivitas ini dilakukan oleh wartawan (jurnalis).

2.      Sebagai teknik, jurnalistik adalah “keahlian” (expertise) atau “keterampilan” (skill) menulis karya jurnalistik (berita, artikel, feature) termasuk keahlian dalam pengumpulan bahan penulisan seperti peliputan peristiwa (reportase) dan wawancara.


3.      Sebagai ilmu, jurnalistik adalah “bidang kajian” mengenai pembuatan dan penyebarluasan informasi (peristiwa, opini, pemikiran, ide) melalui media massa.

Jurnalistik termasuk ilmu terapan (applied science) yang dinamis dan terus berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dan dinamika masyarakat itu sendiri. Sebaga ilmu, jurnalistik termasuk dalam bidang kajian ilmu komunikasi, yakni ilmu yang mengkaji proses penyampaian pesan, gagasan, pemikiran, atau informasi kepada orang lain dengan maksud memberitahu, mempengaruhi, atau memberikan kejelasan. Secara praktis, jurnalistik adalah proses pembuatan informasi atau berita (news processing) dan penyebarluasannya melalui media massa. Dari pengertian kedua ini, kita dapat melihat adanya empat komponen dalam dunia jurnalistik: informasi, penyusunan informasi, penyebarluasan informasi, dan media massa. Jurnalistik erat kaitannya dengan istilahpers dan komunikasi massa. Jurnalistik adalah seperangkat atau suatu alat madia massa.
Pengertian jurnalistik dari berbagai literature dapat dikaji definisi jurnalistik yang jumlahnya begitu banyak. Namun jurnalistik mempunyai fungsi sebagai pengelolaan laporan harian yang menarik minat khalayak, mulai dari peliputan sampai penyebarannya kepada masyarakat mengenai apa saja yang terjadi di dunia. Apapun yang terjadi baik peristiwa factual (fact) atau pendapat seseorang (opini), untuk menjadi sebuah berita kepada khalayak. Jurnalistik adalah suatu kegiatan yang berhubungan dengan pencatatan atau pelaopran setiap hari. Jadi jurnalistik bukan pers, bukan media massa. Menurut kamus, jurnalistik diartikan sebagai kegiatan untuk menyiapkan, mengedit, dan menulis surat kabar, majalah, atau berkala lainnya.

kohesi

1. Kohesi
Kohesi merupakan aspek formal bahasa dalam wacana. Dengan itu kohesi adalah 'organisasi sintaktik'. Organisasi sintaktik ini adalah merupakan wadah ayat-ayat yang disusun secara padu dan juga padat. Dengan susunan demikian organisasi tersebut adalah untuk menghasilkan tuturan. Ini bermaksud bahawa kohesi adalah hubungan di antara ayat di dalam sebuah wacana, baik dari segi tingkat gramatikal maupun dari segi tingkat leksikal tertentu. Dengan penguasaan dan juga pengetahuan kohesi yang baik, seorang penulis akan dapat menghasilkan wacana yang baik.
Kohesi merupakan konsep semantik yang juga merujuk kepada perkaitan kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang membentuk wacana. Manakala menurut Halliday dan Hasan (1976:5) bahwa kohesi merupakan satu set kemungkinan yang terdapat dalam bahasa untuk menjadikan suatu 'teks' itu memiliki kesatuan.
           Halliday dan Hasan (1976:7) telah mencoba melihat kohesi makna itu dari dua sudut, yaitu kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. Kedua-dua gramatikal ini terdapat dalam sesuatu kesatuan teks. Kohesi ini juga memperlihatkan jalinan ujaran dalam bentuk kalimat untuk membentuk suatu teks atau konteks dengan cara menghubungkan makna yang terkandung di dalam unsur.

  Aspek-Aspek Kohesi
1.      Kohesi Gramatikal
   Kohesi gramatikal adalah kepaduan bentuk bagian-bagian wacana yang diwujudkan ke dalam sistem gramatikal. Kohesi jenis ini meliputi referensi,konjungsi dan repetisi. Berikut ini adalah uraian tentang pemakaian setiap alat kohesi gramatikal  pada wacana tajuk rencana Penanda hubungan gramatikal

surat niaga

Surat Niaga
Pengertian surat niaga
surat niaga adalah surat yang digunakan untuk keperluan berdagang.
Jenis-jenis surat niaga
1. surat perjanjian jual beli
2. nota pembayaran
3. surat tagihan   
    4. surat pesanan
5. surat klaim
6. surat pengiriman

Ciri-ciri surat dagang dan surat kuasa
Ciri-ciri surat dagang    Ciri-ciri surat kuasa
•    selalu berkaitan dengan niaga/bisnis
•    ditulis secara resmi
•    menggunakan kata-kata yang sopan dan menarik
•    bersifat simpatik
•    apabila merupakan surat transaksi bernominal besar, biasanya menggunakan materai    •    dapat dilimpahkan kepada orang lain
•    dapat bertindak atas nama pribadi dan instansi
•    ditulis di atas kertas bersegel/materai
Bagian-bagian  surat kuasa
1. kop surat
2. judul dan nama surat
3. pihak yang memberi kuasa
4. data pribadi yang memberi kuasa
5. pihak yang diberi kuasa    6. data pribadi yang diberi kuasa
7. isi dan batasan-batasan kewenangan yang diberikan
8. tanggal pembuatan
9. tanda tangan pihak yang memberi kuasa
10 tanda tangan pihak yang diberi kuasa

http://www.arsindo.com/artikel/cara-mengurus-imb/
Cara Urus Mengurus IMB

Dalam artikel ini kami admin Arsindo.Com dijelaskan mengenai tips, saran dan penjelasan singkat mengenai urus-mengurus IMB. Bagi anda yang ingin mengurus sediri IMB tanpa bantuan jasa mungkin penjelasan ini sangat membantu
1. Mengambil formulir di Dinas Perkerjaan Umum setempat
2. Formulir diisi dan ditandatangani di atas materai 6000 oleh pemohon
3.  Formulir dilegalisir kelurahan dan kecamatan dimana bangunan akan didirikan.
4. Lampiran-lampiran yang diperlukan masing(-masing 3 rangkap) adalah:
a.  Gambar denah, tampak (minimal 2 gambar), potongan (minimal 2 gambar), rencana pondasi, rencana atap, rencana sanitasi serta site plan. Lihat contoh gambar pra rencana di sini.
b.  Gambar konstruksi beton serta perhitungannya.
c. Gambar konstruksi baja serta perhitungannya
d. Hasil penyelidikan tanah serta uji laboratorium mekanika tanah untuk bangunan berlantai 2 atau lebih.
e. Surat keterangan kepemilikan tanah/sertifikat HM (Hak Milik)/HGB (Hak Guna Bangunan).
f. Surat persetujuan tetangga, untuk bangunan berhimpit     dengan batas  persil.
g. Surat kerelaan tanah bermaterai Rp.6000 dari pemilik tanah yang diketahui oleh Lurah serta camat, apabila tanah bukan milik pemohon
h. Surat Perintah Kerja (SPK) apabila pekerjaan diborongkan
i. Ada izin usaha (HO) untuk bangunan komersial
j. Ada izin prinsip dari pejabat Kepala Daerah bila lokasi bangunan menyimpang dari Tata Ruang Kota.
5. Formulir yang telah diisi beserta lampiran-lampirannya diserahkan ke DPU.
6. Pemohon (yang mengurus imb) akan diberitahu apakah permohonan izin bangunan disetujui atau tidak

PERBEDAAN PENELITIAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF
Berdasarkan jenis data dan cara pengolahannya, secara umum, penelitian dapat dibedakan atas penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif. Berikut dipaparkan perbedaan penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif. Tulisan ini diringkas dari Bab I buku Bogdan, Robert C. dan Biklen, Knopp S. 1998. Qualitative Research in Education: An Introduction to Theory and Methods. Boston: Allyn and Bacon, .
Penelitian kualitatif digunakan sebagai istilah payung strategi penelitian dengan karakteristik berikut.
•    Data penelitian merupakan data lunak (soft data), yakni data yang kaya akan deskripsi orang, benda, tempat, dan percakapan atau tuturan.
•    Masalah penelitian dirumuskan dalam wujud fokus penelitian yang menggambarkan kompleksitas masalah penelitian sesuai dengan konteksnya (bukan dalam wujud variabel, pertanyaan, atau hipotesis).
•    Data dikumpulkan dari dan dalam latar alamiah, yakni latar nyata dan sebagaimana adanya.
Teknik penelitian yang populer digunakan dalam penelitian kualitatif adalah:
•    observasi partisipatif, yakni peneliti sebagai pengamat sekaligus sebagai partisipan penelitian; dan
•    wawancara mendalam, yakni peneliti menggali informasi secara utuh, menyeluruh, dan mendalam untuk memperoleh pandangan, pemikiran, dan keyakinan subjek, responden, atau informan serta untuk memperoleh sistem yang berlaku dalam pranata suatu komunitas yang diteliti.
Nama lain penelitian kualitatif adalah (1) penelitian lapangan  atau field work (dalam bidang antropologi); (2) penelitian naturalistik  atau alamiah (dalam bidang pendidikan); dan penelitian etnografi (dalam bidang antropologi).
Karakteristik penelitian kualitatif dapat dikemukakan berikut ini.
•    Penelitian kualitatif bersifat alamiah (naturalistic), yakni latar langsung sebagai sumber data dan peneliti sebagai instrumen kunci (key instrument).
•    Data penelitian kualitatif bersifat deskriptif, yakni data berupa kata-kata  dan gambar yang diperoleh dari transkripsi wawancara, catatan lapangan, foto, videotape, dokumen pribadi, dokumen resmi, memo, dan dokumen-dokumen lainnya.
•    Di samping hasil, penelitian kualitatif menekankan proses, yakni proses yang terjadi dan berlangsung pada sumber data (subjek/informan, objek, dan responden) beserta keseluruhan konteks yang melingkupinya, di samping data yang dihasilnyannya.
•    Analisis data penelitian kualitatif cenderung secara induktif untuk memperoleh abstraksi dari keseluruhan data yang diperoleh.
•    Penelitian kualitatif menggali makna kehidupan berdasarkan perspektif partisipan, yakni berdasarkan proses subjek mengkonstruk atau menyusun makna dan berdasarkan proses mendeskrispsikan makna yang disusn subjek.
1. JUDUL
PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI PADA SISWA KELAS X.2 SMA NEGERI I KENDARI
TAHUN AJARAN 2009/2010


2. MASALAH
1.    Apakah penerapan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis puisi pada siswa kelas X.2 SMA negeri I Kendari tahun ajaran 2009/2010?
2.    Apakah penerapan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kualitas hasil
pembelajaran menulis puisi pada siswa kelas X.2 SMA negeri I kendari tahun ajaran 2009/2010?


3. KESIMPULAN
Ada 2 (dua) simpulan yang dihasilkan dari penelitian ini, yaitu : (1) Pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis puisi dan siswa kelas X.2 SMA negeri I kendari; dan  (2) Pendekatan kontekstual dapat meningkat kankualitas hasil pembelajaran menulis puisi pada siswa kelas X.2 SMA negeri I kendari.
1) Peningkatan kualitas proses pembelajaran menulis puisi
Peningkatan kualitas proses pembelajaran menulis puisi tampak pada persentasepeningkatan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran sebagai berikut : (a) meningkatnya keaktifan siswa selama mengikuti kegiatan apersepsi; (b) meningkatkan keaktifan siswaselama mengikuti pembelajaran; dan (c) meningkatkan keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan, baik lisan maupun tertulis.



a. Peningkatan keaktifan siswa selama mengikuti kegiatan apersepsi
Pada siklus I, keaktifan siswa selama mengikuti kegiatan apersepsi sebesar40%. Pada siklus II persentase keaktifan siswa tersebut meningkat menjadi 68% dan pada siklus III meningkat kembali menjadi 72%.
Pada siklus I, tingkat antusisme siswa selama apersepsi masih rendah karena kebanyakan siswa masih beranggapan bahwa proses pembelajaran akan berlangsung biasa-biasa saja atau kurang variatif. Namun, pada siklus II terjadi peningkatan yang cukup bersamaan dengan perubahan pola mengajar yang diterapkan guru pada siklus I. beberapa terobosan baru yang dilakukan guru menjadikan siswa lebih antusias untuk mengkuti prose pembelajaran sejak awal dengan penghargaan akan ada hal baru dilakukan guru.
Apersepsi yang dilakukan guru ternyata kurang begitu mampu menarik perhatian siswa. Terbukti, sampai pada siklus III, presentase keaktifan siswa hanya mencapai 72% atau hanya meningkat 4% dari siklus sebelumnya.
b. Peningkatan keaktifan siswa selama mengikuti pembelajaran
     Pada siklus I, siswa yang aktif mengikuti pembelajaran sebesar 66%, pada siklus II sebesar 76% sedangkan siklus III meningkat menjadi 88%. Pada siklus I, guru kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif dalam pembelajaran dan masih terlampau banyak menyampaikan materi secara teoretis sehingga presentase keaktifan siswa hanya 66%. Peningkatan 10% pada siklus II didasarkan hasil evaluasi dan refleksi siklus I. Dari hasil evaluasi tersebut, guru melakukan perubahan pola mengajar dengan memberi peluang kepada siswa untuk aktif. Pada siklus III, proses pembelajaran sudah menjadi milik siswa, sedangkan guru lebih memosisikan diri sebagai fasilitator, mediator, dan motivator.
c. Peningkatan keaktiafan siswa dalam menjawab pertanyaan, baik lisan maupuntertulis.
Pada siklus I, siswa yang aktif menjawab pertanyaan guru hanya 52%. Kemudian meningkat menjadi 72% pada siklus II dan akhirnya meningkat lagi menjadi 88% pada siklus III. Persentase siswa yang mampu menjawab pertanyaan guru juga mengalami peningkatan. Secara teoretis, siswa sudah memiliki pengetahuan tentang kajian-kajian puisi sehingga ketika pertanyaan tentang pengetahuan puisi dilontarkan, siswa agak malas menjawabnya. Pada siklus II, pertanyaan yang dilontarkan lebih bersifat konseptual, misalnya apa hubungan antara membaca dan menulis puisi. Dengan demikian, siswa akan sedikit berfikir dan mencoba menemukan sendiri jawabannya. Pada siklus III, pertanyaan-pertanyaan seperti itu sudah tidak menjadi masalah bagi siswa. Terbukti, 88% siswa mampu

1. PENGERTIAN JURNALISTIK DARI SUDUT PANDANG SEBAGAI PROSESI TEKNIK DAN ILMU.

1. PENGERTIAN JURNALISTIK DARI SUDUT PANDANG SEBAGAI PROSESI TEKNIK DAN ILMU.
Jurnalistik (journalistic) artinya kewartawanan atau kepenulisan. Kata dasarnya “jurnal” (journal), artinya laporan atau catatan, atau “jour” dalam bahasa Prancis yang berarti “hari” (day). Asal-muasalnya dari bahasa Yunani kuno, “du jour” yang berarti hari, yakni kejadian hari ini yang diberitakan dalam lembaran tercetak.
Secara konseptual, jurnalistik dapat dipahami dari tiga sudut pandang: sebagai proses, teknik, dan ilmu.
1.    Sebagai proses, jurnalistik adalah “aktivitas” mencari, mengolah, menulis, dan menyebarluaskan informasi kepada publik melalui media massa. Aktivitas ini dilakukan oleh wartawan (jurnalis).
2.    Sebagai teknik, jurnalistik adalah “keahlian” (expertise) atau “keterampilan” (skill) menulis karya jurnalistik (berita, artikel, feature) termasuk keahlian dalam pengumpulan bahan penulisan seperti peliputan peristiwa (reportase) dan wawancara.
3.    Sebagai ilmu, jurnalistik adalah “bidang kajian” mengenai pembuatan dan penyebarluasan informasi (peristiwa, opini, pemikiran, ide) melalui media massa.

Selasa, 29 Mei 2012

Pengertian hikayat
Hikayat adalah salah satu bentuk sastra prosa terutama dalam bahasa Melayu yang berisikan tentang kisah, cerita dan dongeng. Umumnya mengisahkan tentang kehebatan maupun kepahlawanan seseorang lengkap dengan keanehan, kesaktian, serta mukjizat tokoh utama.
Ciri-ciri hikayat
a.    sebagai suatu jenis sastra, hikayat memiliki cara tersendiri dalam menampilkan realitas kehidupan
b.    sebagai sebuah karangan hikayat bermediakan bahasa Melayu
c.    berhubung pada dasarnya hal yang diungkapkan pengarang disampaikan dengan jelas menceritakan, meriwayatkan, dan mendorongkan, maka jenis karangan yang digunakan adalah narasi.
d.    dilandasi oleh adanya unsur cerita/dongeng. maka hikayat berkesan rekaan/fiksional
e.    hikayat umumnya bermotifkan keajaiban dan kesaktian.
f.    bentuk karangan yang digunakan adalah prosa
g.    isi cerita berkisar pada tokoh raja dan keluarganya (istana sentries)
Unsur intrinsik hikayat
Tokoh
    Tokoh termasuk unsur cerita yang sangat penting. Tidak ada cerita tanpa tokoh. Tokoh-tokoh dalam cerita bersifat unik, tokoh yang satu berbeda dengan yang lainnya. Tokoh lazim pula disebut pelaku cerita. Tokoh biasanya berwujud manusia, tetapi dapat pula berwujud binatang atau benda yang diinsankan.
    Sumardjo (dalam Wahid, 2004:76) mengatakan melalui tokoh, pembaca dapat mengikuti jalannya cerita dan mengalami berbagai pengalaman batin seperi yang dialami tokoh cerita.
Zulfahnur (1996/1997:29) menjelaskan bahwa berdasarkan fungsi penampilanya, tokoh dalam cerita dibedakan menjadi tiga, yaitu tokoh protagonis, antagonis, dan trigonis. Protagonis adalah tokoh yang diharapkan berfungsi menarik simpatik dan empati pembaca. Antagonis atau tokoh lawan adalah pelaku dalam cerita yang berfungsi sebagai penantang utama dari tokoh protagonis. Tritagonis adalah tokoh yang berpihak pada protagonis atau berpiihak pada antagonis atau berfungsi sebagai penengah tokoh-tokoh itu.
    Baik tokoh protagonis maupun antagonis biasanya menjadi fokus cerita. Tokoh yang menjadi fokus ini biasanya disebut tokoh utama.
Tema
Menurut Surana (2002:56) tema adalah pokok permasalahan suatu cerita yang terus menerus dibicarakan sepanjang cerita. Pengarang sendiri tidak menyebutkan apa yang menjadi latar belakang atau tema ceritanya, tetapi dapat kita ketahui setelah kita membaca cerita itu secara keseluruhan. Dengan kata lain titik tolak sebuah cerita merupakan sebuah yang tersirat bukan tersurat. Pengarang hendak menyajikan suatu cerita ialah hendak mengemukakan suatu gagasan, ide atau pikiran utama yang mendasari sebuah karya sastra itu yang disebut tema.
Amanat
    Amanat dapat diartikan sebagai pesan berupa ide, gagasan, ajaran moral dan nilai-nilai kemanusiaan yang ingin disampaikan atau dikemukakan pengarang lewat cerita. Amanat pengarang ini dapat secara implisit dan eksplisit di dalam karya sastra implisit misalnya disiratkan dalam tingkah laku tokoh-tokoh cerita. Sedangkan eksplisit, bila dalam tengah atau akhir cerita pengarang menyampaikan pesan-pesan, nasihat pemikiran dan sebagainya (Zulfahnur, 1996:25-26).
    Sehubungan dengan hal tersebut diatas, Sudjiman (1988:57) mengemukakan bahwa amanat adalah ajaran moral atau pesan yang disampaikan oleh pengarang. Sedangkan Esten (1995:91) berpendapat bahwa amanat adalah pemecahan dan jalan keluar yang diberikan pengarang didalam sebuah karya sastra terhadap semua yang dikemukakan.
    Berdasarkan pandangan tersebut diatas, dapat dikatakan bahwa jika permasalahan yang diajukan dalam cerita juga diberikan jalan keluarnya oleh pengarang maka jalan keluarnya itulah yang disebut amanat.
Latar
    Unsur fiksi yang menunjukan dimana dan kapan kejadian-kejadian dalam cerita berlangsung disebut latar. Adapula yang menyebutkan landasan tumpu, yakni lingkungan tempat peristiwa terjadi. Latar secara garis besar dapat dikategorikan dalam tiga bagian yakni latar tempat, yang berkaitan dengan geografis, latar waktu yang berkaitan dengan masalah historis dan latar sosial yang berkaitan dengan kemasyarakatan.
Abrams dalam Nurgiantoro (1995:216) mengemukakan bahwa latar adalah landasan tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan hubungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Dapat dikatakan bahwa latar-latar tersebut sebagai ruangan atau tempat tokoh-tokoh melandaskan laku dan alasan psikologi pertumbuhan tokoh.
Menurut Sudjiman (1986:64) secara sederhana dapat dikatakan bahwa segala keterangan, petunjuk pengacauan yang berkaitan dengan waktu ruang dan suasana terjadinya peristiwa dalam suatu karya sastra membangun latar cerita. Selanjutnya dijelaskan bahwa latar dapat dibedakan menjadi latar sosial dan latar fisik/ materi, kelompok sosial dan sifat, adab kebiasaan, cara hidup, bahasa dan lain-lain. yang melatari peristiwa. Adapun yang dimaksud dengan latar fisiknya, yaitu bangunan, daerah dan sebagainya. Latar fisik yang menimbulkan dugaan atau tautan pikiran tertentu disebut latar spiritual.
Menurut Semi (1988:46) latar dalam prosa fiksi termasuk hikayat dibedakan menjadi empat macam yaitu:
1.    Latar alam di dalamnya dilukiskan perihal lokasi atau tempat peristiwa dalam ruang alam itu.
2.    Latar waktu, yaitu latar yang melukiskan kapan peristiwa itu terjadi, pada tahun berapa, pada musim apa, jam berapa, senja hari, tengah hari, malam hari, akhir bulan, dan sebagainya.
3.    Latar sosial, yaitu yang melukiskan dalam lingkungan sosial mana peristiwa itu terjadi, lingkungan para buru pabrik, lingkungan nelayan dan sebagaina.
4.    Latar ruang, yaitu latar yang melikiskan dalam ruangan yang bagaimana peristiwa itu berlangsung, didalam kamar, dalam aula dan sebagainya.
Alur
    Menurut Surana (2002:54) didalam sebuah cerita rekaan berbagai peristiwa disajikan dengan urutan tertentu. Peristiwa yang diurutkan itu membangun bidang punggung cerita yaitu alur.
Menurut Laniampe dan Sumiman (2001:35) bahwa sebuah peristiwa akan menjadi penyebab atau akibat dari peristiwa yang lain yang pada akhirnya akan berhubungan tanpa ada peristiwa yang terlepas. Hubungan antara satu peristiwa atau sekelompok peristiwa dengan peristiwa yang lain inilah yang disebut plot. Hal ini sejalan dengan pandangan Staton (Nurgiantoro, 1995:133) bahwa alur adalah cerita berisikan urutan kejadian, namun setiap kejadian itu hanya dihubungkan sebab akibat. Peristiwa satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain. Karena alur dibangun berdasarkan hubungan sebab akibat, maka alur tidak dapat berdiri sendiri. Alur selalu berhubungan dengan elemen lainnya, seperti watak, tokoh, setting, tema dan konflik.
    Berdasarkan pandangan-pandangan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa alur adalah struktur penceritaan prosa fiksi yang di dalamnya berisi rangkaian kejadian peristiwa yang disusun berdasarkan hokum sebab akibat (kausalitas) serta logis.
Sudut Pandang
    Menurut Lubbock (dalam Sudjiman, 1965:75) mengatakan bahwa sudut pandang mengandung arti hubungan diantara tempat penderita berdiri dan ceritanya. Didalam atau di luar cerita. Hubungan ini ada dua macam, yaitu hubungan pencerita diaan dengan ceritanya, dan hubungan pencerita akuan dengan ceritanya. Hudson mengemukakan istilah point of view dengan arti pikiran atau pandangan pengarang yang dijalin dalam karyanya. Sudut pandang dalam kesusastraan terdiri atas:
1.    Sudut pandang fisik, yaitu posisi didalam waktu dan ruang yang digunakan pengarang di dalam pendekatan materi cerita;
2.    Sudut pandang mental, yaitu perasaan sikap pengarang terhadap masalah didalam cerita;
3.    Sudut pandang pribadi, yaitu hubungan yang dipilih pengarang di dalam membawakan materi, sebagai orang kedua, atau orang ketiga.

Menurut Surana (2002:51) sudut pandang terbagi atas:
a.    Cara orang pertama. Pengarangnya memakai istilah “aku”atau”saya”. Dalam hal ini pengarang sendiri menjadi tokoh didalam cerita. Pengarang tidak selalu menjadi tokoh utama tetapi ia hanya memegang peranan kecil, ia hanya sekedar pencerita tentang tokoh utama.
b.    Cara orang ketiga. Disini pengarang memakai istilah “ia”atau”dia” atau memakai nama orang. Pengarang berdiri di luar pagar seolah-olah dia dalang yang menceritakan pelaku-pelakunya. Dari cara ketiga ini, pengarang dapat bersikap menceritakan apa perbuatan tokoh-tokoh dalam cerita sedang ia tidak tahu pikiran dan perasaan mereka. Sikap kedua pengarang menceritakan tokoh-tokohnya, dan mengetahui jalan perasaan dan pikiran tokoh-tokoh cerita.

Rabu, 23 Mei 2012

SEJARAH PERKEMBANGAN JURNALISTIK
Perkembangan jurnalistik dimulai dari perkembangan publistik sebagai pengetahuan kemasyarakatan dalam bidang pernyataan antar manusia. Namun, gejalanya sudah tampak. Berdasarkan pada sifat manusia yang selalu menghubungkan diri dan mencari hubungan dengan sesama serta lingkungannya, menunjukkan bahwa karya publistik itu mempunyai usia yang sama dengan umur manusia itu sendiri.
Adapun usaha untuk melaksanakan hubungan antar manusia di antaranya adalah saling menyatakan atau menyiarkan dan saling menerima gerak kehendak serta cipta rasanya masing-masing hingga dalam perkembangan peradabannya timbul berbagai macam pengetahuan, seperti: ilmu retorika, ilmu tulis menulis, karang mengarang, penerangan, propaganda, seni drama, dan sebagainya.
Perkembangan serta pertumbuhan ilmu-ilmu pengetahuan tersebut menggunakan perkembangan dan kemajuan keperluan manusia terhadap hubungan dan pengertian satu sama lainnya, atau terhadap rasa dan kesadaran bermasyarakat.
Hanya ilmu sejarahlah kiranya yang pertama-tama dapat memperlihatkan adanya gejala kemasyarakatan sebagai wujud dari berlangsungnya hubungan antar manusia itu. Pertama sekali para sejarawan memperhatikan bahwa zaman dahulu kala ada orang yang khusus melakukan pekerjaan sebagai perantara dalam hal melaksanakan komunikasi antar manusia itu. Untuk memenuhi keperluan orang terhadap kabar atau berita tentang orang lain atau keadaan di sekelilingnya, ataupun di tempat lain, terdapat orang-orang khusus yang melakukan pekerjaan dalam hal mencari berita atau kabar untuk disampaikan kepada orang-orang yang memerlukannya.
Willem Haversmit (1885: 3), melalui bukunya De Courant, mengingatkan kita pada orang Babylonia di mana menurut catatan Flavius Josephus, mereka telah memiliki para penulis sejarah yang bertugas menyusun cerita tentang kejadian sehari-hari dan kemudian menyiarkannya kepada orang lain.
Jauh sebelum itu, para ahli sejarah tersebut menuturkan hasil penyelidikannya yang bersandar pada buku Perjanjian Lama (Genesis 8 ayat 10-12), di mana dikisahka bahwa sewaktu di dunia ini turun hujan lebat tujuh hari tujuh malam terus menerus, timbulah air bah yang memusnahkan segala makhluk hidup dan semua tanaman sebagai pidana Tuhan terhadap kejahatan dan dosa manusia. Bandingkan dengan Al-Quran (surat Nuh ayat 25 dan surat Hud ayat 37-45). Sebelum Allah Swt menurunkan hujan yang sangat hebat kepada kaum kafir, maka datanglah malaikat utusan Allah Swt kepaa Nabi Nuh agar ia memberitahukan cara membuat kapal sampai selesai. Kapal itu cukup untuk dipergunakan sebagai alat ebakuasi oleh Nabi Nuh beserta sanak keluarganya yang saleh dan segala macam hewan masing-masing satu pasang.
Tidak lama kemudian, seusainya Nuh membuat kapal, hujan lebat pun turun berhari-hari tiada henti, badai dan angin menghancurkan segala yang ada kecuali kapal yang dibuat oleh Nuh. Saat itu Nuh dan orang-orang yang beriman beserta hewan-hewan menaiki kapal tersebut. Waktu terus berganti, namun air tetap menggenang dalam, seolah tidak berubah sejak semula. Sementara itu seluruh penumpang kapal mulai khawatir dan gelisah karena persediaan makanan mulai menipis. Semua penumpang mulai mempertanyakan mengenai keadaan daerah mereka. Guna memenuhi keinginan para penumpang, Nuh mengirimkan seekor burung dara ke luar kapal untuk meneliti keadaan air dan kemungkinan adanya makanan.
Setelah beberapa lama burung itu terbang mengamati keadaan air dan mencari makanan, tapi hasilnya sia-sia. Burung itu hanya melihat ranting pohon zaitun yang tampak muncul di permukaan air. Ranting itu pun dipatuknya dan dibawanya pulang ke kapalnya. Atas datangnya burung dara itu dengan membawa ranting itu, Nuh mengambil kesimpulan bahwa air bah sudah mulai surut, namun seluruh permukaan masih tertutup air, sehingga burung itu tidak menemukan tempat beristirahat. Demikianlah kabar itu disampaikan kepada seluruh penumpang. Atas dasar fakta tersebut, para ahli sejarah menamakan Nabi Nuh sebagai seorang pencari dan penyiar kabar yang pertama di dunia. Bahkan sejalan dengan teknik-teknik dan caranya mencari berita itu, menunjukkan bahwa kantor berita pertama kali di dunia adalah kapal Nuh.
Data selanjutnya, diperoleh para sejarah negara Romawi pada permulaan berdirinya kerajan Romawi. Pada masa itu para pejabat tinggi kerajan Romawi (Imam Agung) mencatat segala kejadian penting yang diketahuinya pada annales (papan tulis yang digantungkan di serambi rumahnya). Catatan pada papan tulis itu merupakan pemberithauan bagi setiap orang yang lewat dan memerlukannya.
Pengunguman sejenis itu dilajutkan oleh Julius Caesar pada zaman kejayaannnya. Caesar mengungumumkan hasil persidangan senat, berita tentang kejadian sehari-hari, peraturan-perturan penting, serta apa yang perlu disampaikan dan diketahui rakyatnya, dengan cara menuliskannya diatas papan tulis yang pada masa itu (60SM) dikenal dengan acta diurna dan diletakkan di Forum Romanum (Stadion Romawi) untuk diketahui oleh umum. semua berita di Acta diurna tersebut boleh dibaca dan dikutip untuk kemudian disebar luaskan ke tempat lain.
Praktik jurnalistik demikian kemudian dikembangkan oleh para budak belian orang-orang Romawi kaya, yang diberi tugas untuk mengumpulkan berita setiap hari. Para budak belian ini dijuluki denga istilah diurnarius atau diurnarii. Dalam hal ini tampak pertumbuhan jurnalistik beserta jurnalisnya yang sedikit profesional.

Ahli sejarah yang bernama Tacitus mengatakan bahwa dalam kegiatan jurnalistik selalu terjadi hal-hal berikut:
1.    Pada umunya publik tidak begitu senang terhadap berita-berita sensasi yang berlebihan.
2.    Sejak dulu primeur journalisticus (memperoleh produk jurnalistik paling awal) merupakan syarat terpenting dalam karya penyiaran atau pemberitaan.
3.    Sejak dulu pula abone (pelanggan) yang rewel itu ada.
Ada pun mengenai pemilihan dan penyusunan beritanya, Bascwitz (1949: 14) mengemukakan hasil penelitiannya, bahwa berdasarkan isinya acta diurna tidak menunjukkan sifat-sifat resmi yang mutlak. Hanya saja, yang merupakan isi utamanya adalah mambatasi diri pada penyajian berita-berita saja.
Umur acta diurna “hanya” mencapai lima abad. Setelah kerajaan Romawi runtuh, maka hilang pula acta diurna. Namun demikian dari hasil penelitian sejarah mengetahui bahwa pada permulaan pertumbuhannya jurnalistik berjalan dengan kondisi sebagai berikut:
1.    Subjek penyajiannya berupa pemerintah. Yang menyelenggarakan penyiaran lewat acta diurna adalah kerajaan.
2.    Jurnalis atau wartawannya, sebagai perantara dalam penyiaran, terdiri dari mereka yang mencari dan menyiarkan berita dengan memperoleh upah.
3.    Alat penyiarannya berupa papan pengunguman (acta diurna) dan catatan-catatan para jurnarius yang diperbanyak, serta pemberitaan lisan dari para jurnarius tersebut.
Sejak hilangnya acta diurnia hingga kira-kira tahun 1000 SM, para ahli sejarah Eropa mengenal praktik pemberitaan berupa kirim mengirim surat, antar biara, istana, dengan perantara kurir. Sedangkan untuk kalangan rakyat biasa dikenal adanya minstreel (penyanyi keliling) yang membawakan nyanyian dalam bentuk lagu atau syair rakyat yang berisi informasi tentang peristiwa yang terjadi di tempat lain.
Setelah tumbuh perkembangan surat menyurat antar kaum politisi, cendikiawan, dan para pedagang baik dengan rekan-rekannya di dalam negeri maupun di luar negeri, mulai timbul perbaikan terhadap ritme kecepatan dan keaktualan berita-beritanya. Biasanya para pedagang menyertakan berita-berita lain yang terkadang secara tidak langsung dapat bermanfaat bagi usaha mereka. Kemudian rekannya menerima dan memperbanyak serta meneruskan berita tersebut kepada relasi yang lain. Demikianlah selajutnya surat-surat pedagang itu menjadi surat perkabaran walaupun masih sederhana.
Lonjakan terbesar di bidang jurnalistik pada tahun 1791 saat Revolusi Prancis berkobar. Suratkabar yang muncul bersifat selebarab yang dikeluarkan oleh tokoh politik, namun penguasa negara merasa khawatir. Kebebasan pers ditentang, ribuan wartawan masuk penjara, sementara 70 orang lainnya mengalami hukuman guillotine (hukum pancung).
Satu-satunya negara yang memberikan kebebasan pers adalah Inggris sejak tahun 1695 di mana Raja Willem III mencabut ketentuan wajib adanya lisensi perusahaan suratkabar. Perkembangan ini pun menjadi pendorong pertumbuhan suratkabar di negara-negara Eropa lainnya.
Untuk sampai menjadi ilmu pengetahuan yang bersifat akademis, jurnalistik berkembang dengan munculnya mata kuliah tentang persuratkabaran yang disebut Zeitungskunde di Universitas Bazel (Swiss) tahun 1884 oleh Karl Bucher. Jejak Bucher diikuti oleh Max Weber, ia menyatakan bahwa kenyataannya modal dan pemilik modal sangat penting bagi kehidupan persuratkabaran. Penting dalam arti perhitungan ekonomis dan redaksionalnya.
Sebagai lembaga sosial, Max Weber mengatakan, suratkabar memiliki kepribadiannya sendiri. Dalam hal ini yang ditonjolkan bukan pribadi masing-masing wartawannya, melainkan karya atau ideologi mereka yang mewarnai suratkabarnya pada umumnya berprinsip anonimitas.
Wilbur Schramm melalui uraiannya mengenai “The Nature of Mass Communication” dalam bukunya, The Process and Effects of Mass Communication. Ia menyebut institutionalized person sebagai sifat kelembagaan suratkabar itu. Menurutnya, by an institutionalized person we have his editorial colums through the facilities of institution and with mean such a person as the editor of a newspaper, who speaks in more voice and prestige than he would have if he was speaking without the institution.
Sejak dikenalnya ilmu publistik, jurnalistik dan pers pun berkembang sejalan dengan perkembangannya. Dalam praktiknya kini telah banyak penerbitan suratkabar terkenal, baik yang bertaraf nasional maupun internasional. Juga lembaga-lembaga penyiaran seperti kantor-kantor berita, stasiun-stasiun radio ataupun televisi dan film, yang jauh lebih maju dalam perlengkapan instrumennya, jika dibandingkan dengan keadaan sebelumnya.
Dalam memelihara kelestarian kemajuan jurnalistik dan pers, terdapat lembaga Internasional Federation of Newspaper Publisher yang bertugas menjamin kepentingan etika dan ekonomi suratkabar. Juga ada Internasional Federation of Jurnalism (IFJ), yang bertugas meningkatkan standar mutu profesi jurnalistik, mempertahankan kemerdekaan pers, dan memberikan sumbangan terhadap perkembangan pers di negara-negara berkembang.
International Film and Television Council (IFTC) bertugas memajukan usaha negara anggotanya dalam hal perfilman dan penyiaran melalui televisi disamping diadakan tukar menukar informasi.